Home

Minggu, 05 Desember 2010

Game Tidak Ada Hubungannya dengan Kriminalitas


Jakarta - Game yang banyak menampilkan aksi kekerasan kerap dianggap sebagai penyebab terjadinya tindak kriminal. Namun hasil riset yang diadakan oleh pemerintah Australia menunjukan tidak adanya hubungan antara tindak kriminal di dunia nyata dengan video game.

"Bukti tentang pengaruh video game kekerasan pada agresi yang ditampilkan oleh mereka yang bermain tidak meyakinkan," kata Brendan O'Connor, Menteri Dalam Negeri Australia, dikutip detikINET dari Gamespot, Kamis (2/12/2010).

Game yang banyak menampilkan aksi kekerasan, kerap dijadikan sebagai 'kambing hitam' atas tindak krimal yang dilakukan oleh pemainnya. Contoh kasus, beberapa waktu lalu ada remaja yang memperkosa wanita karena terinspirasi oleh Game. Belum lagi gamer yang membakar tiga mobil sehabis memainkan Grand Theft Auto (GTA).

Pemerintah Australia memang terbilang ketat menyaring game yang boleh beredar di wilahnya, terutama untuk rating 18+. Dengan adanya hasil riset ini, O'Connor mengharapkan adanya sistem yang jelas dalam pengelompokan jenis game yang selama ini diterapkan di Negeri Kangguru tersebut.

"Australia memerlukan sebuah sistem klasifikasi yang konsisten yang melindungi pikiran muda dari apa pun yang mungkin berdampak buruk. Selain itu juga harus membebaskan gamer dewasa untuk membuat keputusan sendiri tentang apa yang mereka mainkan, selama masih dalam batasan hukum," tandas O'Connor.
( eno / rns ) 

http://www.detikinet.com/read/2010/12/02/105237/1507341/654/game-tidak-ada-hubungannya-dengan-kriminalitas/

Korsel akan Atur Jam Malam untuk Gamer


Jakarta - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) segera menerapkan aturan yang melarang para remaja di sana bermain game online tengah malam. Itu artinya, ibarat Cinderella, tepat jam 12 malam mereka harus berhenti dari aktivitas bermain game online. 

Apa pasalnya? Rupanya, kebijakan ini diberlakukan sebagai bagian dari upaya mengatasi masalah kecanduan internet parah yang dialami sebagian besar remaja di negeri ginseng tersebut.

Aturan yang masih berupa Rancangan Undang-Undang (RUU) itu diserahkan ke dewan parlemen rakyat Korsel awal bulan ini. Di dalamnya tercantum keharusan bagi setiap perusahaan game online di Korsel untuk memutus akses layanan mulai tengah malam bagi para gamer yang terdaftar masih berusia dibawah 16.

"Sekali Anda asyik memainkan game online, akan sangat sulit untuk menghentikannya. Terutama jika Anda seorang remaja," kata juru bicara Kementerian Kebudayaan Jo Rin, yang berkaitan dengan masalah ini.

Rin menyebutkan ada banyak siswa sekolah yang bermain game sepanjang malam dan imbasnya, mereka memiliki masalah belajar di sekolah. "Kami yakin peraturan seperti ini sangat diperlukan untuk memastikan hak mereka akan kesehatan dan waktu tidur terpenuhi," tambahnya.

Dia juga memaparkan, pemblokiran akses game online mulai jam 12 malam akan dilanjutkan pada pukul enam pagi keesokan harinya. Namun dikatakan olehnya, akan ada jeda waktu satu tahun untuk memberlakukan aturan ini, sehingga perusahaan game online bisa mempersiapkannya.
( rns / wsh ) 

http://www.detikinet.com/read/2010/12/03/160913/1508658/654/korsel-akan-atur-jam-malam-untuk-gamer/

Activision Blizzard Tak Minat dengan App Store

Jakarta - Untuk memasarkan produknya, sejumlah penerbit game ada yang memanfaatkan App Store sebagai sarananya, namun tidak bagi Activision Blizzard. Pembesut game World of Warcraft itu menganggap toko aplikasi Apple tersebut bukanlah tempat yang tepat untuk memasarkan game mereka.

"Kami tidak menganggap App Store itu sebagai tempat yang berpotensi untuk memasarkan game," ujar Bobby Kotick, Chief Executive Activision, dikutip detikINET dari Routers, Jumat (3/12/2010). Kotick mengatakan bahwa saat ini game besutan Activision Blizzard, seperti Call of Duty atau World of Warcraft masih dapat menguntungkan, serta memperoleh para penggemar baru tanpa bantuan dari App Store.

Meski demikian, Activision  masih tetap tertarik untuk menjadikan iPad sebagai platform game mereka di masa yang akan datang.


Selain App Store, Activision juga pesimistis terhadap keuntungan game yang dirilis pada jejaring sosial. "Pengguna sosial game memang banyak, tapi sulit untuk mengubah hal tersebut menjadi revenue," pungkas Kottick. 

Pendapat Kotick memang agak sedikit bertentangan dengan kompetito utamanya, EA Games. Pembesut game The Sims itu justru malah gencar merilis game mereka melalui App Store.
( eno / rns ) 

http://www.detikinet.com/read/2010/12/03/103048/1508188/654/activision-blizzard-tak-minat-dengan-app-store/